Portofolio Masyarakat Pedesaan dan Perkotaan
Senin, Desember 3- Masyarakat
Masyarakat (sebagai
terjemahan istilah society) adalah sekelompok orang yang membentuk
sebuah sistem semi
tertutup (atau semi terbuka), dimana sebagian besar interaksi adalah antara
individu-individu yang berada dalam kelompok tersebut. Kata
"masyarakat" sendiri berakar dari kata dalam bahasa Arab, musyarak.
Lebih abstraknya, sebuah masyarakat adalah suatu jaringan hubungan-hubungan
antar entitas-entitas.
Masyarakat adalah sebuah komunitas yang interdependen (saling tergantung satu sama
lain). Umumnya, istilah masyarakat digunakan untuk mengacu sekelompok orang
yang hidup bersama dalam satu komunitas yang teratur.
Menurut
Syaikh Taqyuddin An-Nabhani, sekelompok manusia dapat dikatakan sebagai sebuah
masyarakat apabila memiliki pemikiran, perasaan, serta sistem/aturan yang sama.
Dengan kesamaan-kesamaan tersebut, manusia kemudian berinteraksi sesama mereka
berdasarkan kemaslahatan.
II. Masyarakat Pedesaan
Dalam UU
Nomor 32 Tahun 2004 disebutkan pengertian desa sebagai kesatuan masyarakat
hukum yang memiliki batas wilayah, yang berwenang untuk mengatur dan mengurus
kepentingan masyarakat setempat, berdasarkan asal-usul dan adat istiadat
setempat yang diakui dan dihormati dalam system pemerintahan Negara Kesatuan
Republik Indonesia.
Dari defenisi tersebut, sebetulnya desa merupakan bagian vital bagi keberadaan
bangsa Indonesia. Vital karena desa merupakan satuan terkecil dari bangsa ini
yang menunjukkan keragaman Indonesia. Selama ini terbukti keragaman tersebut
telah menjadi kekuatan penyokong bagi tegak dan eksisnya bangsa. Dengan
demikian penguatan desa menjadi hal yang tak bisa ditawar dan tak bisa
dipisahkan dari pembangunan bangsa ini secara menyeluruh.
-
Ciri-ciri Masyarakat desa (karakteristik)
Dalam buku Sosiologi karangan Ruman Sumadilaga seorang ahli Sosiologi “Talcot
Parsons” menggambarkan masyarakat desa sebagai masyarakat tradisional
(Gemeinschaft) yang mengenal ciri-ciri sebagai berikut :
- Afektifitas ada hubungannya dengan
perasaan kasih sayang, cinta , kesetiaan dan kemesraan. Perwujudannya
dalam sikap dan perbuatan tolong menolong, menyatakan simpati terhadap
musibah yang diderita orang lain dan menolongnya tanpa pamrih.
- Orientasi kolektif sifat ini
merupakan konsekuensi dari Afektifitas, yaitu mereka mementingkan
kebersamaan , tidak suka menonjolkan diri, tidak suka akan orang yang
berbeda pendapat, intinya semua harus memperlihatkan keseragaman
persamaan.
- Partikularisme pada dasarnya adalah
semua hal yang ada hubungannya dengan keberlakuan khusus untuk suatu
tempat atau daerah tertentu. Perasaan subyektif, perasaan kebersamaan
sesungguhnya yang hanya berlaku untuk kelompok tertentu saja.(lawannya
Universalisme)
- Askripsi yaitu berhubungan dengan
mutu atau sifat khusus yang tidak diperoleh berdasarkan suatu usaha yang
tidak disengaja, tetapi merupakan suatu keadaan yang sudah merupakan
kebiasaan atau keturunan.(lawanya prestasi).
- Kekabaran (diffuseness). Sesuatu
yang tidak jelas terutama dalam hubungan antara pribadi tanpa ketegasan
yang dinyatakan eksplisit. Masyarakat desa menggunakan bahasa tidak
langsung, untuk menunjukkan sesuatu. Dari uraian tersebut (pendapat
Talcott Parson) dapat terlihat pada desa-desa yang masih murni
masyarakatnya tanpa pengaruh dari luar.
III. Masyarakat Perkotaan
Masyarakat
perkotaan sering disebut juga urban community. Pengertian masyarakat kota lebih
ditekankan pada sifat-sifat kehidupannya serta ciri-ciri kehidupannya yang
berbeda dengan masyarakat pedesaan. Perhatian khusus masyarakat kota tidak
terbatas pada aspek-aspek sepertipakaian, makanan dan perumahan, tetapi
mempunyai perhatian lebih luaslagi. Orang-orang kota sudah memandang penggunaan
kebutuhan hidup,
Ciri yang
menonjol pada masyarakat kota, yaitu :
- Kehidupan keagamaan berkurang bila
dibandingkan dengan kehidupankeagamaan di desa. Kegiatan-kegiatan
keagamaan hanya setempat di tempat-tempat peribadatan, seperti: di
masjid, gereja. Sedangkan di luar itu, kehidupan masyarakat berada
dalam lingkungan ekonomi, perdagangan. cara kehidupan demikian
mempunyai kecenderungan ke arah keduniawian, bila dibandingkan dengan
kehidupan warga masyarakat desa yang cenderung ke arah keagamaan.
- Orang kota pada umumnya dapat
mengurus dirinya sendiri tanpa harusbergantung pada orang-orang lain. Yang
terpenting di sini adalah manusiaperorangan atau individu. Di kota-kota
kehidupan keluarga sering sukar untuk disatukan, sebab perbedaan
kepentingan, paham politik, perbedaan agama, dan sebagainya.
- Pembagian kerja di antara
warga-warga kota juga lebih tegas dan mempunyai batas-batas yang
nyata. Misalnya seorang pegawai negerilebih banyak bergaul dengan
rekan-rekannya daripada tukang-tukangbecak, tukang kelontong atau pedagang
kaki lima lainnya. Seorang sarjana ekonomi akan lebih banyak bergaul
dengan rekannya dengan latar belakang pendidikan dalam ilmu ekonomi
daripada dengan sarjana-sarjana ilmu politik, sejarah, atau yang
lainnya. Begitu pula dalam lingkungan mahasiswa mereka lebih senang
bergaul dengan sesamanya daripada dengan mahasiswa yang tingkatannya
lebih tinggi atau rendah.
- Kemungkinan-kemungkinan untuk
mendapatkan pekerjaan juga lebih banyak diperoleh warga kota daripada
warga desa. Pekerjaan para warga desa lebih bersifat seragam,
terutama dalam bidang bertani. Oleh karena itu pada masyarakat desa
tidak banyak dijumpai pembagian kerja berdasarkan keahlian. Lain
halnya di kota, pembagian kerja sudah meluas, sudah ada macam-macam
kegiatan industri, sehingga tidak hanya terbatas pada satu sektor
pekerjaan. Singkatnya, di kota banyak jenis-jenis pekerjaan yang dapat
dikerjakan oeh warga-warga kota, mulai dari pekerjaan yang sederhana
sampaipada yang bersifat teknologi.
- Jalan pikiran rasional yang pada
umumnya dianut masyarakat perkotaan,menyebabkan bahwa interaksi-interaksi
yang terjadi lebih didasarkan padafaktor kepentingan daripada faktor
pribadi.
- Jalan kehidupan yang cepat di
kota-kota, mengakibatkan pentingnya faktor waktu bagi warga kota,
sehingga pembagian waktu yang tyeliti sangat penting, untuk dapat
mengejar kebutuhan-kebutuhan seorang individu.
- Perubahan-perubahan sosial tampak
dengan nyata di kota-kota, sebab kota-kota biasanya terbuka dalam
menerima pengaruh-pengaruh dari luar. Hal ini sering menimbulkan
pertentangan antara golongan tua dengan golongan muda. Oleh karena
itu golongan muda yang belum sepenuhnya terwujud kepribadiannya,
lebih sering mengikuti pola-pola baru dalamkehidupannya. Apabila kita
berbicara tentang masyarakat, terutama jika kitamengemukakannya dari sudut
antropologi, maka kita mempunyaikecenderungan untuk melihat 2 tipe masyarakat : Pertama,
satu masyarakat kecil yang belum begitu kompleks, yang belum mengenai
pembagian kerja, belum mengenai struktur dan aspek-aspeknya masih
dapat dipelajari sebagai satu kesatuan. Kedua, masyarakat yang sudah
kompleks, yang sudah jauh menjalankan spesialisasi dalam segala
bidang. karena ilmu pengetahuan modern sudah maju, teknologi maju,
sudah mengenai tulisan, satu masyarakat yang sukar diselidiki dengan baik
dan didekati sebagian saja.
IV. Perbedaan Desa dan Kota
Dalam masyarakat modern, sering dibedakan antara masyarakat pedesaan (rural
community) dan masyarakat perkotaan (urban community). Menurut Soekanto (1994),
per-bedaan tersebut sebenarnya tidak mempunyai hubungan dengan pengertian
masyarakat sederhana, karena dalam masyarakat modern, betapa pun kecilnya suatu
desa, pasti ada pengaruh-pengaruh dari kota. Perbedaan masyarakat pedesaan dan
masyarakat perkotaan, pada hakekatnya bersifat gradual.
Kita dapat membedakan antara masya-rakat desa dan masyarakat kota yang
masing-masing punya karakteristik tersendiri. Masing-masing punya sistem yang
mandiri, dengan fungsi-fungsi sosial, struktur serta proses-proses sosial yang
sangat berbeda, bahkan kadang-kadang dikatakan "berlawanan" pula.
Perbedaan ciri antara kedua sistem tersebut dapat diungkapkan secara singkat
menurut Poplin (1972) sebagai berikut:
Warga suatu masyarakat pedesaan mempunyai hubungan yang
lebih erat dan lebih mendalam ketimbang hubungan mereka dengan warga masyarakat
pedesaan lainnya. Sistem kehidupan biasanya berkelompok atas dasar sistem
kekeluargaan (Soekanto, 1994). Selanjutnya Pudjiwati (1985), menjelaskan
ciri-ciri relasi sosial yang ada di desa itu, adalah pertama-tama, hubungan
kekerabatan.
Sistem kekerabatan dan kelompok kekerabatan masih memegang peranan penting.
Penduduk masyarakat pedesaan pada umumnya hidup dari pertanian, walaupun
terlihat adanya tukang kayu, tukang genteng dan bata, tukang membuat gula, akan
tetapi inti pekerjaan penduduk adalah pertanian. Pekerjaan-pekerjaan di samping
pertanian, hanya merupakan pekerjaan sambilan saja .
Golongan orang-orang tua pada masyarakat pedesaan umumnya memegang peranan
penting. Orang akan selalu meminta nasihat kepada mereka apabila ada
kesulitan-kesulitan yang dihadapi. Nimpoeno (1992) menyatakan bahwa di daerah
pedesaan kekuasaan-kekuasaan pada umumnya terpusat pada individu seorang kiyai,
ajengan, lurah dan sebagainya.
Ada beberapa ciri yang dapat dipergunakan sebagai petunjuk untuk membedakan
antara desa dan kota. Dengan melihat perbedaan perbedaan yang ada mudah mudahan
akan dapat mengurangi kesulitan dalam menentukan apakah suatu masyarakat dapat
disebut sebagi masyarakat pedeasaan atau masyarakat perkotaan.
Ciri ciri tersebut antara lain :
1. jumlah dan kepadatan penduduk
2. lingkungan hidup
3. mata pencaharian
4. corak kehidupan sosial
5. stratifiksi sosial
6. mobilitas sosial
7. pola interaksi sosial
8. solidaritas sosial
9. kedudukan dalam hierarki sistem administrasi nasional
V. Hubungan Kota dan Desa
Salah satu
bentuk hubungan kota dan desa:
a).
Urbanisasi
Dengan
adanya hubungan Masyarakat Desa dan Kota yang saling ketergantungan dan saling
membutuhkan tersebut maka timbulah masalah baru yakni ; Urbanisasi yaitu suatu
proses berpindahnya penduduk dari desa ke kota atau dapat pula dikatakan bahwa
urbanisasi merupakan proses terjadinya masyarakat perkotaan. (soekanto,1969:123
).
b)
Sebab-sebab Urbanisasi
1.)
Faktor-faktor yang mendorong penduduk desa untuk meninggalkan daerah
kediamannya (Push factors)
2.)
Faktor-faktor yang ada dikota yang menarik penduduk desa untuk pindah dan
menetap dikota (pull factors)
Hal – hal
yang termasuk push factor antara lain :
a.
Bertambahnya penduduk sehingga tidak seimbang dengan persediaan lahan
pertanian,
b.
Terdesaknya kerajinan rumah di desa oleh produk industri modern.
c. Penduduk
desa, terutama kaum muda, merasa tertekan oleh oleh adat istiadat yang ketat
sehingga mengakibatkan suatu cara hidup yang monoton.
d. Didesa
tidak banyak kesempatan untuk menambah ilmu pengetahuan.
e. Kegagalan
panen yang disebabkan oleh berbagai hal, seperti banjir, serangan hama, kemarau
panjang, dsb. Sehingga memaksa penduduk desa untuk mencari penghidupan lain
dikota.
Hal – hal
yang termasuk pull factor antara lain :
a. Penduduk
desa kebanyakan beranggapan bahwa dikota banyak pekerjaan dan lebih mudah untuk
mendapatkan penghasilan
b. Dikota
lebih banyak kesempatan untuk mengembangkan usaha kerajinan rumah menjadi
industri kerajinan.
c.
Pendidikan terutama pendidikan lanjutan, lebih banyak dikota dan lebih mudah
didapat.
d. Kota
dianggap mempunyai tingkat kebudayaan yang lebih tinggi dan merupakan tempat
pergaulan dengan segala macam kultur manusianya.
e. Kota
memberi kesempatan untuk menghindarkan diri dari kontrol sosial yang ketat atau
untuk mengangkat diri dari posisi sosial yang rendah ( Soekanti, 1969 : 124-125
).
Referensi:
http://id.wikipedia.org/wiki/Masyarakat
http://www.Google.co.id
http://www.gudangmateri.com/2010/04/masyarakat-desa-dan-masyarakat-kota.html
0 komentar:
Posting Komentar